Rabu, 11 Agustus 2010

on stage



T
eater Ringin Conthong November On Stage

RINGKAS CERITA

Sebagai dokter baru di RSJ, ROGUSTA berharap bisa menerapkan cara penyembuhan lewat pendekatan yang penuh persahabatan. Dan bukan dengan perlakuan yang merupakan cerminan kekuasaan tak terbantahkan. Ia tak ingin, rasa takut membuat penyakit para pasien jadi lebih lengkap.

Sebaliknya, SIDARITA sebagai direktur RSJ, merasa kekuasaannya sedang diintip-intip dan disangsikan. Ia menjadi berang. Kedua asistennya yang paling senior - MURDIWAN dan TUNGGUL - juga merasa disaingi oleh dokter baru itu. Lalu mereka merancang siasat agar Rogusta tersingkir.

ROGUSTA berusaha lari dari kejaran masa lalunya, tapi tak pernah berhasil. Bayangan BAPAK dan IBU selalu mengikuti ke mana ia pergi. Ia lalu mengembara. Tapi pada kenyataannya, ia tak pernah bisa berbuat apa-apa. Segala peristiwa cuma bayangan semata yang hanya terjadi di dalam benaknya saja. Juga ketika ia merasa tak lagi memiliki mulut, rasa dan telinga. Berbagai peristiwa telah menyudutkannya kepada keadaan seperti itu.

Inilah cerita tentang para dokter, juga para pasien penyakit jiwa. Ini cerita tentang kemunafikan NYONYA MARSINAH. Dan inilah kisah tentang kekalahan Rogusta menghadapi sebuah sistem yang sudah sangat mapan. Sebuah upaya sia-sia. Tapi siapakah ROGUSTA? Dan mengapa ia harus berkata: ‘Aku merasa dunia sedang berubah menjadi sebuah rumah sakit jiwa. Dokter-dokternya bersembunyi di balik tabir tak tembus pandang. Suara mereka hanya gema-gema, tak pernah jelas apa maknanya.

Dan aku ada di sana ....’

Inilah naskah drama yang unik dan sangat menarik ini dipentaskan dengan pendekatan lebih kepada inti masalahnya. Para pendukung sebaiknya mempersiapkan diri secara intensif dengan mengobservasi beberapa RSJ. Bahkan untuk bisa menangkap suasana malam di rsj, disarankan untuk menginap. Berbagai peristiwa dramatis dan pahit dapat diserap, dan menjadi masukan sangat berharga bagi sandiwara ini. Tapi benarkah mereka yang terkena penyakit jiwa semakin banyak jumlahnya?

Barangkali hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar