Sabtu, 23 Oktober 2010

on stage RSJ


Karena adanya perubahan tempat, pementasan teater ukm ringin conthong STKIP PGRI Jombang dengan lakon "Rumah Sakit Jiwa karya N. Riantiarno" berubah di Plaza Teatre Jombang ( Jl. K.H. Wahid Hasyim, Jombang ).
Pementasan akan diadakan pada tanggal:


On stage :
Sabtu, 06 November 2010
I : Pukul 15.00 - 17.00 WIB
II : Pukul 19.00 - 21.00 WIB
Minggu, 07 November 2010
I : Pukul 10.00 - 12.00 WIB
II : Pukul 15.00 - 17.00 WIB

HTM : Rp 10.000,-

acara ini didukung oleh :

Rabu, 11 Agustus 2010

on stage



T
eater Ringin Conthong November On Stage

RINGKAS CERITA

Sebagai dokter baru di RSJ, ROGUSTA berharap bisa menerapkan cara penyembuhan lewat pendekatan yang penuh persahabatan. Dan bukan dengan perlakuan yang merupakan cerminan kekuasaan tak terbantahkan. Ia tak ingin, rasa takut membuat penyakit para pasien jadi lebih lengkap.

Sebaliknya, SIDARITA sebagai direktur RSJ, merasa kekuasaannya sedang diintip-intip dan disangsikan. Ia menjadi berang. Kedua asistennya yang paling senior - MURDIWAN dan TUNGGUL - juga merasa disaingi oleh dokter baru itu. Lalu mereka merancang siasat agar Rogusta tersingkir.

ROGUSTA berusaha lari dari kejaran masa lalunya, tapi tak pernah berhasil. Bayangan BAPAK dan IBU selalu mengikuti ke mana ia pergi. Ia lalu mengembara. Tapi pada kenyataannya, ia tak pernah bisa berbuat apa-apa. Segala peristiwa cuma bayangan semata yang hanya terjadi di dalam benaknya saja. Juga ketika ia merasa tak lagi memiliki mulut, rasa dan telinga. Berbagai peristiwa telah menyudutkannya kepada keadaan seperti itu.

Inilah cerita tentang para dokter, juga para pasien penyakit jiwa. Ini cerita tentang kemunafikan NYONYA MARSINAH. Dan inilah kisah tentang kekalahan Rogusta menghadapi sebuah sistem yang sudah sangat mapan. Sebuah upaya sia-sia. Tapi siapakah ROGUSTA? Dan mengapa ia harus berkata: ‘Aku merasa dunia sedang berubah menjadi sebuah rumah sakit jiwa. Dokter-dokternya bersembunyi di balik tabir tak tembus pandang. Suara mereka hanya gema-gema, tak pernah jelas apa maknanya.

Dan aku ada di sana ....’

Inilah naskah drama yang unik dan sangat menarik ini dipentaskan dengan pendekatan lebih kepada inti masalahnya. Para pendukung sebaiknya mempersiapkan diri secara intensif dengan mengobservasi beberapa RSJ. Bahkan untuk bisa menangkap suasana malam di rsj, disarankan untuk menginap. Berbagai peristiwa dramatis dan pahit dapat diserap, dan menjadi masukan sangat berharga bagi sandiwara ini. Tapi benarkah mereka yang terkena penyakit jiwa semakin banyak jumlahnya?

Barangkali hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya.

Jumat, 19 Februari 2010

WAWASAN KEDRAMAAN


· Drama, Teater & Sandiwara :

Ø Drama diambil dari kata Draomai (Yunani) yang artinya bertindak atau berbuat (perbuatan). Kata “drama” juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM).

Ø Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris,Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan.

Ø Kata Sandiwara berasal dari bahasa jawa, “sandi” berarti “rahasia”, dan “wara” atau “warah” yang berarti, “pengajaran”. konon dikemukakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII dari Surakarta.

Dalam perkembangannya, dalam pengertian lebih luas kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dengan demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan, misalnya ketoprak, ludruk, wayang, wayang wong, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya. Teater adalah pertunjukan lakon yang dimainkan di atas pentas dan disaksikan oleh penonton. Namun, teater selalu dikaitkan dengan kata drama. “teater” berkaitan langsung dengan pertunjukan, sedangkan “drama” berkaitan dengan lakon atau naskah cerita yang akan dipentaskan. Jadi, teater adalah visualisasi dari drama atau drama yang dipentaskan di atas panggung dan disaksikan oleh penonton. Jika “drama” adalah lakon dan “teater” adalah pertunjukan maka “drama” merupakan bagian atau salah satu unsur dari “teater”.

Teater dapat dikatakan sebagai manifestasi dari aktivitas naluriah, seperti misalnya, anak-anak bermain sebagai ayah dan ibu, bermain perang-perangan, dan lain sebagainya.

Teater merupakan institusi pendidikan alternatif (Ikranegara,1985), karena teater dapat mencerdaskan, membangkitkan pikiran kritis.

· Sejarah Singkat Teater

Asal Mula Teater

Waktu dan tempat pertunjukan teater yang pertama kali dimulai tidak diketahui. Adapun yang dapat diketahui hanyalah teori tentang asal mulanya. Di antaranya teori tentang asal mula teater adalah sebagai berikut;

- Berasal dari upacara agama primitif.

- Berasal dari nyanyian untuk menghormati seorang pahlawan di kuburannya.

- Berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita.

Rendra dalam Seni Drama Untuk Remaja (1993), menyebutkan bahwa naskah teater tertua di dunia yang pernah ditemukan ditulis seorang pendeta Mesir, I Kher-nefert, di zaman peradaban Mesir Kuno kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi.

· Unsur Pembentuk Teater

Unsur utama teater adalah naskah lakon, sutradara, pemain, dan penonton. Tanpa keempat unsur tersebut pertunjukan teater tidak bisa diwujudkan. Untuk mendukung unsur pokok tersebut diperlukan unsur tata artistik yang memberikan keindahan dan mempertegas makna lakon yang dipentaskan.

1. Naskah Lakon

2. Sutradara

3. Pemain

4. Penonton, selanjutnya :

5. Tata Artistik

Didalam teater sendiri memiliki fungsi, baik dari segi penonton atau pelaku, yaitu;

- Rekreatif (hiburan)

- Kontemplasi (perenungan)

- Auflarung (pencerahan)

PERKEMBANGAN TEATER INDONESIA

# Teater Indonesia

ü Teater Tradisional

sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara

kehidupan masyarakat kita. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Ada beberapa bentuk teater tradisional yang ada di daerah-daerah di Indonesia.

- Wayang

- Wayang Wong (wayang orang)

- Lenong

- Ketoprak

- Ludruk, dll.

# Teater Modern

Teater Transisi

Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi. Teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta). Perkenalan masyarakat Indonesia pada teater non-tradisi dimulai sejak Agust Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya pada tahun 1891, yang pementasannya secara teknik telah banyak mengikuti

budaya dan teater Barat (Eropa), yang pada saat itu masih belum menggunakan naskah drama/lakon.

ü Teater Indonesia tahun 1920-an

Teater pada masa kesusasteraaan angkatan Pujangga Baru kurang berarti jika dilihat dari konteks sejarah teater modern Indonesia tetapi cukup penting dilihat dari sudut kesusastraan. Naskah-naskah

drama tersebut belum mencapai bentuk sebagai drama karena masih menekankan unsur sastra dan sulit untuk dipentaskan. Drama-drama Pujangga Baru ditulis sebagai ungkapan ketertekanan kaum intelektual dimasa itu karena penindasan pemerintahan Belanda yang amat keras terhadap kaum pergerakan sekitar tahun 1930-an. Bentuk sastra drama yang pertamakali menggunakan bahasa Indonesia dan disusun dengan model dialog antar tokoh dan berbentuk sajak adalah Bebasari (artinya

kebebasan yang sesungguhnya atau inti kebebasan) karya Rustam Efendi (1926).

ü Teater Indonesia tahun 1940-an

Pada tanggal 6 oktober 1942, di rumah Bung Karno dibentuklah Badan Pusat Kesenian Indonesia. Badan Pusat Kesenian Indonesia bermaksud menciptakankesenian Indonesia baru, di antaranya dengan jalan memperbaiki dan menyesuaikan kesenian daerah menuju kesenian Indonesia baru. Pada saat inilah pengembangan ke arah pencapaian teater nasional dilakukan. Teater tidak hanya

sebagai hiburan tetapi juga untuk ekspresi kebudayaan berdasarkan kesadaran nasional dengan cita-cita menuju humanisme dan religiositas dan memandang teater sebagai seni serius dan ilmu pengetahuan.

ü Teater Indonesia Tahun 1950-an

Realisme konvensional dan naturalisme tampaknya menjadi pilihan generasi yang terbiasa dengan teater barat dan dipengaruhi oleh idiom Hendrik Ibsen dan Anton Chekhov. Kedua seniman teater Barat dengan idiom realisme konvensional ini menjadi tonggak didirikannya Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) pada tahun 1955 oleh Usmar Ismail dan Asrul Sani. ATNI menggalakkan dan memapankan realisme dengan mementaskan lakon-lakon terjemahan dari Barat, seperti karyakarya

Moliere, Gogol, dan Chekov. Sedangkan metode pementasan dan pemeranan yang dikembangkan oleh ATNI adalah Stanislavskian.

ü Teater Indonesia Tahun 1970-an

Jim lim mendirikan Studyclub Teater Bandung dan mulai mengadakan eksperimen dengan menggabungkan unsur-unsur teater etnis seperti gamelan, tari topeng Cirebon, longser, dan dagelan dengan teater Barat. Peristiwa penting dalam usaha membebaskan teater dari batasan realisme konvensional terjadi pada tahun 1967, Ketika Rendra kembali ke Indonesia. pertunjukan bermula dari improvisasi dan eksplorasi bahasa tubuh dan bebunyian mulut tertentu atas suatu tema yang diistilahkan dengan teater mini kata (menggunakan kata seminimal mungkin). Pertunjukannya

misalnya, Bib Bop dan Rambate Rate Rata (1967,1968). Didirikannya pusat kesenian Taman Ismail Marzuki oleh Ali Sadikin, gubernur DKI jakarta tahun1970, menjadi pemicu meningkatnya aktivitas, dan kreativitas berteater tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di kota besar seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Padang, Palembang, Ujung Pandang, dan lain-lain.

ü Teater Indonesia Tahun 1980 – 1990-an

Tahun 1980-1990-an situasi politik Indonesia kian seragam melalui pembentukan lembaga-lembaga tunggal di tingkat nasional. Ditiadakannya kehidupan politik kampus sebagai akibat peristiwa Malari

1974. Dewan-dewan Mahasiswa ditiadakan. Dalam latar situasi seperti itu lahir beberapa kelompok teater yang sebagian merupakan produk festival teater. Di Jakarta dikenal dengan Festival Teater Jakarta (sebelumnya disebut Festival Teater Remaja). Beberapa jenis festival di Yogyakarta, diantaranya Festival Seni Pertunjukan Rakyat yang diselenggarakan Departemen Penerangan Republik Indonesia (1983). Aktivitas teater terjadi juga di kampus-kampus perguruan tinggi. Salah satu teater kampus yang menonjol adalah teater Gadjah Mada dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Jurusan teater dibuka di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada tahun 1985. ISI menjadi satu-satunya perguruan tinggi seni yang memiliki program Strata 1 untuk bidang seni teater pada saat itu. Aktivitas teater kampus mampu menghidupkan dan membuka kemungkinan baru gagasan-gagasan

artistik.

ü Teater Kontemporer Indonesia

Teater Kontemporer Indonesia mengalami perkembangan yang sangat membanggakan. Sejak munculnya eksponen 70 dalam seni teater, kemungkinan ekspresi artistik dikembangkan dengan gaya khas masing-masing seniman. Gerakan ini terus berkembang sejak tahun 80- an sampai saat ini. Konsep dan gaya baru saling bermunculan. Meksipun seni teater konvensional tidak pernah mati tetapi teater eksperimental terus juga tumbuh. Semangat kolaboratif yang terkandung dalam seni teater dimanfaatkan secara optimal dengan menggandeng beragam unsur pertunjukan yang lain. Dengan demikian, wilayah jelajah ekspresi menjadi semakin luas dan kemungkinan bentuk garap semakin banyak.

……PENYUTRADARAAN……


Siapa sutradara itu?

Kedudukan sutradara itu seperti apa?

Apa saja tugas dan tanggung jawab sutradara?

Bagaimana urutan kerja sutradara?

Siapa sutradara itu?

  • Sutradara adalah pemimpin tunggal, jendral dari sebuah pertunjukan yang merencanakan, memutuskan mengarahkan, mewujudkan dan mempertanggungjawabkan.
  • Sutradara adalah seorang konseptor pertunjukan dan sekaligus seorang suhu atau guru.
  • Sutradara adalah seorang jendral dan prajurit yang baik.
  • Sutradara bukan pekerjaan main-main.

Apa saja tugas dan tanggung jawab sutradara?

  • Menentukan naskah
  • Melakukan pokok penafsiran
  • Memilih pemain dan crew
  • Mendidik dan melatih pemain
  • Memimpin dan mengkoordinasikan sebuah proses latihan
  • Mewujudkan dan mempertanggungjawabkan sebuah pertunjukan.

Dalam memilih naskah, sutradara mempertimbangkan apa saja?

  • Apakah tematik naskah dan premis cerita itu menarik?
  • Apakah naskah tersebut mampu menjadi jembatan perenungan pemikiran filsafat sang sutradara sebagai seniman?
  • Apakah naskah mampu mendobrak kemungkinan lahirnya sebuah artistic yang hebat, menghibur dan menyenangkan visualisasi diatas panggung.
  • Apakah naskah tersebut popular dan memungkinkan mendatangkan banyak penonton?
  • Bagaimanakah potensi dan daya dukung keaktoran dan crew yang kita miliki mampu memainkan naskah tersebut, termasuk perangkat lainya/pendanaan, fasilitas dan sebagainya.

Bagaimanakah urutan kerja sutradara?

  • Memilih naskah
  • Melakukan studi kelayakan dan penafsiran
  • Audisi
  • Presentasi/ diskusi pembahasan melalui bedah naskah
  • Pembacaan naskah
  • Casting
  • Pembacaan naskah dengan peranan yang agak pasti
  • Penggarapan blocking
  • Penggarapan detil
  • Latihan teknik
  • Latihan kostum dan tata rias
  • Latihan umum (GR)
  • Pementasan
  • Evaluasi dan refleksi

TIGA TAHAPAN KERJA BAGI SUTRADARA :

1. Tahapan penyikapan medan

(memperhitungkan kalkulasi positif dan negativ dengan cermat)

Kalkulasi bersifat positif :

  • Daya dukung naskah terhadap idealisme sutradara
  • Tingkat kekuatan pemain dalam membawakan perannya masing-masing
  • Sarana pentas yang memadahi untuk kebutuhan artistic
  • Pendekatan komunikasi dengan masyarakat penonton diluar pentas

Kalkulasi bersifat negatif :

o Tingkat kesulitan naskah berikut hambatannya

o Tingkat keterbatasan pemain dan crew

o Ketersediaan sarana pentas dengan berbagai kekurangan

o Kemampuan apresiasi masyarakat

2. Tahap perencanaan dan praproduksi

o Membuat kajian terhadap naskah, meliputi :

ü Kajian naskah (isi/misi)

ü Kajian sosok peran

ü Kajian teknik

o Plan (Perencanaan)

o Promt Book

o Set Plan Proses (schedule latihan)

o Presentasi konsep

3. Proses Produksi

  • Pembacaan 1, meliputi :

ü Latihan fisik

ü Latihan pembacaan naskah

ü Casting atas dasar latihan no.1 dan 2

o Pembacaan 2 (teknik pemberian isi)

o Penggarapan blocking

o Penggarapan detil

o Latihan teknik

o Latihan kostum dan tata rias

o Latihan umum (GR)

o Pementasan

o Evaluasi dan refleksi

Workshop Teater Ringin Chontong

6-7 Januari 2010

Picum